Rabu, 02 April 2008

Konflik dan Hikmah

Dalam sebuah kehidupan tidak pernah lepas dari yang namanya konflik atau masalah. Karena di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan diri saya sendiri yang kerap kali mengalami konflik. Baik konflik dengan seorang teman, keluarga dan lain sebagainya. Kali ini saya akan menceritakan sebuah konflik yang pernah saya alami.

Ketika saya masih kecil, saya selalu mendapatkan amarah dari ibu saya, saya selalu dimarahi oleh ibu saya hanya karena masalah yang sangat kecil, bahkan disetiap hari dirumah selalu ada dan tanpa hentinya kata-kata amarah yang dilontarkan oleh ibu saya, sehingga saya tidak pernah merasa betah tinggal dirumah dan keinginan saya hanya untuk bisa keluar dari rumah.

Pada waktu saya lulus Sekolah Dasar (SD), saya ditawari oleh orang tua saya yaitu oleh Bapak saya sendiri untuk melanjutkan pendidikan saya ketahap yang lebih tinggi di Pondok Pesantren. Pada awalnya saya tidak mengetahui apa yang dimaksudkan dengan Pondok Pesantren (Ponpes), namun Bapak memberikan informasi tentang Ponpes, yang saya dapati waktu itu tentang Ponpes yaitu kita akan tinggal di asrama, dan tidak akan diperbolehkan untuk pulang. Seketika itu pula saya menerima tawaran dari orang tua karena sejak awal saya berniatan untuk keluar dari rumah namun tidak pernah punya cara untuk melakukannya, dan hal itu merupakan suatu momentum yang tepat untuk mewujudkan keinginan saya, karena saya dirumah merasakan stress dan tidak ada kenyamanan. Akhirnya saya mondok (tinggal di Pesantren) disalah satu Pesantren yang terletak di daerah Bekasi.

Di Pondokan tersebut saya merasakan ketenangan dan saya sangat betah untuk tinggal di sana, bahkan saya jarang pulang ke rumah kecuali waktu liburan saja. Pada saat liburan pun saya sebenarnya tidak menginginkan untuk pulang ke rumah. Ketika saya di rumah pun saya ingin buru-buru balik kembali ke Pondokan. Singkat cerita saya merasa betah tinggal di sana dan akhirnya pun saya menyelesaikan pendidikan saya sampai pada tingkata Sekolah Menengah Atas (Madrasah Aliyah).

Setelah saya lulus dari Ponpes tesebut saya melanjutkan untuk kuliah. Pada saat kuliah pun saya memutuskan untuk kost di sekitar kampus, karena saya masih merasakan ketidaknyamanan ketika berada di rumah yang tidak berubah keadaannya (bukan keadaan fisiknya). Saya sering merenungi akan hal ini, saya mencoba untuk selalu bagaimana untuk mengatasi masalah ini. Mungkin saya harus lebih sabar dalam menghadapi Ibu saya yang mudah untuk emosi. Tapi bagaimana pun juga beliau adalah orang tua yang saya hormati dan saya banggakan. Dari hal ini saya mempunyai suatu pembelajaran yang saya petik, yaitu tidak semua orang memiliki watak atau sifat yang sama, oleh karena itu kita harus menyadari perbedaan ini dengan toleransi dan kewajaran.

Selasa, 25 Maret 2008

Perkembangan Psikologi Remaja

Seiring dengan kehidupan para remaja, sering kali mengalami perkembangan psikologi yang berbeda-beda, karena psikoogi remaja itu adalah masa peralihan dalam perkembangan psikologinya. Di saat para remaja mengalami perkembangan dengan psikologinya, ketika itu saya pun pernah mengalami rasa kurang percaya diri, bahkan sering sekali rasa kurang percaya diri itu tidak timbul dalam diri saya.

Sewaktu masih disekolah MA (Madrasah Aliyah) saya pernah diminta untuk berpidato akan tetapi saya selalu saja tidak percaya diri, bahkan tidak hanya pidato saja dalam hal perlombaan pun saya terkadang suka kurang percaya diri. Contohnya sewaktu itu terdapat perlombaan menerjemahkan al-Qur’an, saya tidak percaya diri akan mampu untuk ikut serta dalam perlombaan tersebut. Dan tidak hanya dalam hal-hal seperti itu saja, akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari pun rasa tidak percaya diri itu sering menghantui diri saya.

Selain peristiwa-peristiwa tersebut, saya juga pernah mengalami rasa kurang percaya diri ketika duduk di kelas 3 MA, yang sudah menjadi persyaratan kelulusan bagi siswa kelas 3 MA, yang mana diwajibkan kepada semua siswa kelas 3 untuk praktek mengajar kepada adik kelas seperti kelas 1, 2 dan 3 Tsanawiyah, dan setiap satu siswa harus mengajar pada dua mata pelajaran, yang ke-2 pelajaran tersebut berbeda yang satu pelajaran Agama yang satunya lagi pelajaran Umum.

Ketika praktek mengajar tersebut sayang merasa sangat grogi dan juga tidak percaya diri untuk menghadapi adik-adik kelas saya, walaupun sebelumnya semua sudah dipersiapkan. Yang pada akhirnya mau tidak mau saya harus memasuki kelas tersebut untuk memberikan materi kepada adik kelas. Dengan membaca basmalah saya memasuki kelas tersebut, pertama kali memasuki kelas tersebut dan berdiri di depan siswa sebagai seorang guru, saya benar-benar grogi sekali pada saat itu, akan tetapi rasa kurang percaya diri dan grogi itu tiba-tiba hilang begitu saja, mungkin itu semua akibat saya sudah terbiasa dan sudah lama bertatap muka dengan siswa saya pada saat itu.

Sampai saat ini pun rasa tidak percaya diri tersebut masih tetap ada dalam diri saya, akan tetapi rasa kurang percaya diri itu pun sering kali hilang dengan sendirinya sehingga saya pun lebih bersemangat dan tentunya lebih percaya diri.

eewiinza@yahoo.com